Abstrak
Techonophobia
adalah ketakutan atau tidak suka teknologi canggih atau kompleks perangkat,
terutama komputer.Techonophobia bisa diartikan ke dua jenis kondisi: takut
teknologi atau antagonisme terhadap perkembangan teknologi. Dalam kasus
pertama, technophobia dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan ketika
penderita datang ke dalam kontak dengan teknologi, seperti komputer.
Technophobia memiliki ciri yang sama dengan technostress, menurut penilitian
yang dilakukan oleh Thorpe, S. J., & Brosnan, M. J. pada tahun 2007.
Menunjukan hasil kuisoner yang diisi oleh seorang yang memiliki phobia pada
laba-laba dan technostress memiliki hasil yang hampir sama, kecemasan yang
mereka tunjukan memiliki ciri yang sama. Technophobia menyerang banyak orang
dari berbagai golongan, termasuk seorang mahasiswa yang baru masuk kuliah pada
jurusan yang mengutamakan teknologi, terdapat penilitian yang mengatakan bahwa
mahasiswa baru tersebut mengalami technophobia.
Kata kunci : technostress,
technophobia, kecemasan
Pendahuluan
Kemajuan
teknologi yang pesat membawa suatu dampak positif dan negatif, dampak yang
terlihat dalam masa kini adalah kemudahan yang didapat oleh seseorang untuk
melakukan pekerjaan. Munculnya banyak sekali inovasi dan teknologi yang membuat manusia tidak bisa lepas dari
teknologi, kemajuan teknologi yang pesat bisa mendapatkan hal posifit yaitu
kemudahan dalam komunikasi, mengolah data dan lain-lain. Tetapi dampak positif
ini juga diiringi adanya dampak negative yang muncul dalam perkembangan
tekonolgi, adanya teknologi yang baru membuat seseorang merubah gaya hidupnya.
Ini terihat jelas jika kita bandingkan kehidupan yang dialami oleh orang pada
tahun 90 an dan 2000. Terlihat bahwa semakin teknologi pesat dan berkembang,
seseorang semakin tergantung dan menjadikannya pola hidup.
Hal ini bisa terlihat pada suatu
fakta yang didapat bahwa pada 2008 jumlah computer yang dimiliki pribadi
diseluruh dunia mencapai 1 milyar dn akan berkembang ke tingkat milyar
berikutnya pada tahun 2008 (Gartner Group, 2008). Selain penggunaan computer
hal yang mengalami tingkat yang mengalami peningkatan, terdapat peningkatan
yang sangat signifikan dari pengguna komunikasi yaitu penggunaan internet.
Dilihat pada table diatas menunjukan
bahwa peningkatan pengguna intenet sangat tinggi, pada 2000 penggunna internet
di dunia adalah sekitar 360 juta, sedang pada tahun 2012 mencapai sekitar 2
milyar. Pertumbuhan yang terjadi dalam 12 tahun adalah 566.4%
(internetworldstats, 2012)
Pesatnya
pertumbuhan dari teknologi memberikan dampak pada manusia, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Terdapat dampak positif dan negative, setelah membahas
dampak positif. Sekarang membahas dampak negative yang terjadi dalam penggunaan
internet, yaitu berubahnya pola hidup seseorang terhadap teknologi. Manusia
akan semakin tergantung pada teknologi yang berkembang, ketergantungan dan
perubahan pola hidup manusia terhadap teknologi bisa diakibatkan oleh seseorang
tersebut memang menyukai perkembangan teknologi, kemudian mengikutinya.
Perubahan yang lainnya diakibatkan tuntutan dalam lingkungan sekitar bisa dari
pekerjaan, teman sekitar dan lain-lain. Dalam mengahadapi ini terdapat dua
sikap yang yang diambil oleh seseorang yaitu mengikuti dengan tangan terbuka
dan belajar mengenai teknologi baru atau meraa tidak nyaman dengan perkembangan
teknologi kemudian membuat seseorang tersebut cemas terhadap terhadap teknologi
dan kemudia ketakutan atas perkembangan tekonologi. (ROSEN, 1992)
Technophobia
bisa terjadi pada seseorang yang menjadi mahasiswa dan mengambil jurusan yang
memiliki fokus dalam IT, hal ini bisa terjadi jika seseorang tersebut
tertinggal dalam teknologi yang haru digunakan dalam perkuliahannya dan tidak
paham mengenai teknologi yang digunakan. Dengan adanya teknologi yang baru
dialami oleh seorang mahasiswa, maka mahasiswa tersebut harus menghadapi
konsekuensinya yaitu menerima teknologi tersebut untuk dipelajari. Jika
mahasiswa tersebut gagal dalam menerima teknologi tersebut maka mahasiswa
tersebut bisa terjangkit technophobia atau biasa disebut kecemasan pada
komputer. Teknologi software dan hardware yang baru membuat mahasiswa tersebut
merubah pola kehidupannya sehari-hari karena mengenal teknologi yang baru.
Seseorang yang bisa menemukan kesempatan dalam mengekspos teknologi akan
memiliki keuntungan yang besar dan begitu juga terjadi sebaliknya. (Bozionelos,
N. 2001)
Pembahasan
1. Technostress dan Technophobia
Technostress
Technostress memiliki hubungan psikologis yang negatif antara masyarakat dan
pengenalan terhadapa teknologi baru. Dimana ergonomi adalah studi tentang
bagaimana manusia bereaksi dan sehat secara fisik dengan mesin di lingkungan
mereka, technostress adalah hasil dari kebiasaan yang berubah dari pekerjaan dan kolaborasi yang dibawa karena penggunaan teknologi informasi
modern pada lingkungan kantor dan rumah. (Sami & Iffat, 2013) Orang yang mengalami
technostress tidak akan bisa beradaptasi untuk mengatasi teknologi dengan cara
yang baik dan benar.
Istilah ini diperkenalkan oleh Craig
Brod pada tahun 1984, menggambarkan individu yang mengalami stress karena
penggunaan komputer. Karena saat ini perkembangan teknologi tidak hanya
berhubungan dengan komputer saja, maka gejala stres ini semakin kompleks.
Seperti koneksi internet yang lamban, tinta printer habis, jaringan ponsel
sibuk, SMS yang terus-menerus muncul, atau bahkan melihat status twitter di
time line bisa jadi pemicu stres. Sebanyak 1200 dari 3000 responden orang dewasa
yang diteliti, masalah teknologi seperti ini dianggap lebih stressfull daripada
kehidupan asmara, konflik rumah tangga, atau bahkan problem keuangan. (Ulvia,
2012)
Pengukuran
dalam technostress bisa dilakukan dengan metode bernama Computer Anxiety Rating
Scale (CARS) yang dikembangkanoleh Larry D. Rosen dan Michelle Weil. CARS
terdiri dari 20 pernyataan dan tiap pernyataan dihitung menggunakan skala lima
poin tentang seberapa cemas yang
dirasakan seseorang ”pada saat ini”.
Skalanya mulai dari "1 tidak cemas" hingga "5 sangat cemas
sekali".
Techonophobia
Techonophobia adalah ketakutan atau
tidak suka teknologi canggih atau kompleks perangkat, terutama
komputer.Techonophobia bisa diartikan ke dua jenis kondisi: takut teknologi
atau antagonisme terhadap perkembangan teknologi. Dalam kasus pertama,
technophobia dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan ketika penderita
datang ke dalam kontak dengan teknologi, seperti komputer. Tipe kedua
technophobe mungkin pelabuhan perasaan permusuhan terhadap perubahan teknologi
yang telah diperkenalkan ke masyarakat. Kebalikan Posisi - cinta teknologi -
disebut sebagai technophilia.
Jenis technophobia yang menyebabkan
orang merasa tidak nyaman dengan teknologi adalah perkembangan yang cukup
baru-baru ini, yang berasal dari kemajuan eksponensial dibuat di lapangan sejak
akhir abad ke-20. Selain itu, karena teknologi telah mempengaruhi hampir semua
aspek kehidupan dari lingkungan kerja pendidikan untuk kegiatan rekreasi,
technophobes ini umumnya memiliki waktu sulit mendapatkan jauh dari itu.
Akibatnya, kualitas umum kehidupan mereka dapat terpengaruh secara negatif.
Misalnya, ketakutan umum teknologi dapat menciptakan kecemasan dan frustrasi
pada orang-orang yang memiliki tugas yang mengharuskan mereka untuk
berinteraksi dengan teknologi yang mereka merasa tidak nyaman menggunakan.
Mengambil waktu untuk hati-hati mempelajari perubahan teknologi, membaca
artikel bantuan, menonton video instruktif, dan melakukan pelatihan yang tepat
sangat membantu dalam mengurangi rasa takut dan frustrasi di kalangan
technophobes. (wisegeek, n.d.)
2. Teknologi Kekinian pada Jurusan Sistem Informasi ITS
Jurusan Sistem Informasi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) adalah salah satu jurusan yang berfokus di
bidang teknologi informasi. Karenanya teknologi sudah pasti menjadi perangkat
utama dalam kegiatan belajar mengajarnya. Berbagai macam teknologi telah
dikembangkan hingga saat ini untuk meningkatkan proses bisnis dan kualitas
lulusannya. Berikut ini adalah daftar teknologi kekinian yang digunakan pada
Jurusan Sistem Informasi ITS:
1. E-learning
Adalah sistem informasi yang
menunjang kegiatan belajar mengajar. Beberapa contoh fitur yang dimiliki oleh e-learning, antara lain: 1) unggah dan
unduh tugas dan materi perkuliahan, 2) online
quiz, dan 3) forum diskusi.
2. Sistem
Informasi Manajemen Tugas Akhir (SimTA)
Adalah sistem informasi yang
penggunanya adalah mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Tugas Akhir,
admin laboratorium, dan dosen yang berhubungan. Tujuan pembangunan sistem
informasi ini adalah untuk memberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang
behubungan dengan penjadwalan.
3. Sistem
Absensi
Adalah sistem informasi dimana
mahasiswa mampu untuk mengecek jumlah absensinya. Hal ini dirasa penting karena
adanya peraturan yang menyatakan bahwa mahasiswa harus menghadiri 80% perkuliahan
sebagai syarat pertama kelulusan mata kuliah.
4. Sistem
Tiket Keluhan
Adalah sistem informasi yang akan
menampung seluruh keluhan dan saran terhadap seluruh elemen yang ada pada
jurusan Sistem Informasi.
5. REKP
Adalah sistem informasi yang merekap
tempat kerja praktik beserta output
yang dihasilkan oleh mahasiswa yang melakukan kerja praktik.
3. Teknologi Kekinian Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Selain
jurusan, institut juga memiliki berbagai macam teknologi yang dapat digunakan
oleh mahasiswanya. Berikut ini adalah daftar teknologi di tingkat institut:
1. Integra
Adalah
sistem informasi yang menangani aktivitas perkuliahan secara umum di seluruh
jurusan. Beberapa fitur yang disediakan, antara lain: 1) Formulir Rencana
Studi, 2) lihat dan print transkrip, 3) lihat daftar mata kuliah, dan lain
sebagainya.
2. Share ITS
Adalah
sistem yang hampir sama dengan e-learning
namun pengguna dari sistem ini adalah seluruh mahasiswa ITS. Sistem ini muncul
dikarenakan adanya redudansi data dari masing-masing jurusan sehingga perlu ada
sistem terintegrasi yang juga mampu untuk menghemat media penyimpanan.
3. SI SKEM
SKEM
adalah parameter yang digunakan untuk menilai keaktifan mahasiswa selain di
bidang perkuliahan. Adanya peraturan mengenai nilai SKEM minimal membuat SI
SKEM dibangun dengan tujuan untuk memberikan bukti otentik bahwa selain
memiliki hardskill, mahasiswa ITS
juga harus memiliki softskill yang
baik.
4. Kajian Mengenai Faktor Penyebab Technophobia dan
technostress
Berbagai
macam penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memicu
terjadinya technophobia. Sebuah
penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah jenis kelamin (gender) berpengaru terhadap kemunculan technophobia. Morahan-martin [xx]
mengatakan bahwa mahasiswa wanita lebih jarang menggunakan internet
dibandingkan mahasiswa pria. Hal ini tentu menyiratkan bahwa kaum wanita
memiliki pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan kaum pria. Namun Syaiful
dan Fadila [xx] menyatakan bahwa faktor jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap munculnya technophobia pada
mahasiswa. Penelitian ini didukung dengan berita pada tahun 2011 yang
menyatakan bahwa intensitas penggunaan internet oleh wanita meningkat. Wanita
justru lebih sering menghabiskan waktu berjejaring social disbanding dengan
kaum pria.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran paradigm
terhadap faktor yang mempengaruhi terjadinya technophobia. Penlitian ini dilakukan Jasmin dan Samsul [xx] pada
tahun 2011.
Faktor
kepribadian juga menjadi isu pemicu kemunculan technophobia. Berdasarkan teori Jung [xx], manusia memiliki delapan
kepribadian utama yang terdiri dari empat dimensi yang berlawanan, yaitu: 1)
Extravert (E) vs. Introvert (I), 2) Sensing (S) vs. Intuitive (N), 3) Thinking
(T) vs. Feeling (F), dan 4) Judging (J) vs. Perceiving (P). Syaiful dan Fadila
[xx] menyatakan bahwa tipe kepribadian Jung berpengaruh terhadap munculnya technophobia pada mahasiswa.
Faktor
pengalaman dalam menjalankan teknologi juga bisa menjadi pemicu seseorang
mengalamai technostress, karena orang yang sudah lama berada di dunia teknologi
dan menjalankannya. Pola hidupnya akan berubah dan seseorang tersebut akan
ketergantungan dengan teknologi. Sehingga orang tersebut tak bisa lepas dari
teknologi yang sudah dijalaninya.
5. Rekomendasi
Solusi Untuk Mengurangi Kemunculan Technophobia
Solusi
dibuat dengan menggunakan perspektif Kondisi Kekinian Jurusan Sistem Informasi
ITS dan persepektf Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemunculan Technophobia. Tabel 2 menunjukkan daftar
poin dan kode dari dua perspektif tersebut:
Tabel 1.
Daftar Poin dan Kode dari Perspektif Kondisi Kekinian Jurusan Sistem Informasi
ITS dan Perspektif Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemunculan Technophobia
Perspektif
|
Poin
|
Kode
|
Kondisi
Kekinian Jurusan Sistem Informasi ITS
|
Jumlah
teknologi baru yang akan digunakan mahasiswa baru
|
P1-1
|
Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Kemunculan Technophobia
|
Kepribadian
mahasiswa baru
|
P2-1
|
Pengalaman
teknologi mahasiswa baru
|
P2-2
|
Kemudian
kode tersebut direalisasikan pada tabel 3 yang menunjukkan daftar usulan yang
diusulkan berdasarkan ketiga poin pada table 2 di atas.
Tabel 2.
Rekomendasi Usulan Untuk Mengurangi Dampak Technophobia
Kode
|
No
|
Usulan
|
P1-1
|
1
|
Memebeli
buku mengenai teknologi baru yang terkait dan membacanya, tidak malu bertanya
kepada teman atau senior yang lebih memahami mengenai teknologi baru
tersebut.
|
P2-1
|
2
|
Pencacatan
kepribadian mahasiswa baru yang disesuaikan dengan uji Jung atau pendekatan
lain yang dirasa lebih baik.
|
P2-2
|
Pengoptimalan
peran dan fungsi himpunan mahasiswa untuk menjaring aspirasi mahasiswa baru,
terutama terkait pelatihan teknologi-teknologi kekinian jurusan dan
institute.
|
6. RINGKASAN/KESIMPULAN
Technophobia memiliki ciri yang sama seperti
technostress sehingga keduanya memiliki relasi yang sama, seseorang yang
terjangkit technostress memiliki tingkat kecemasan yang sama dengan orang yang
terjangkit phobia. technophobia memiliki berbagai tipe dan mahasiswa baru
Sistem Informasi ITS ada yang mengalami technophobia.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad,
J. I., & Daud, M. S. (2011). Technophobia Phenomenon in Higher Educational Institution:
a case study . IEEE Colloquium on
Humanities, Science and Engineering Research (CHUSER 2011), 111-116.
[2] Fadila,
& Ali, S. (2008). KECEMASAN
BERKOMPUTER (COMPUTER ANXIETY) DAN KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN PADA
MAHASISWA AKUNTANSI. Pontianak: Simposium Nasional Akuntansi ke‐11.
[3] Fevre,
M. L. (2003). Eustress, distress, and interpretation in occupational stress. Journal of Managerial Psychology, 18,
726 - 744.
[4] Gartner
Group. (2008, Juni 23). Gartner Says More
than 1 Billion PCs In Use Worldwide and Headed to 2 Billion Units by 2014.
Retrieved from gartner.com: http://www.gartner.com/newsroom/id/703807
[5] Indriastuti,
S. (2009). Hubungan Antara Computer
Self-Efficacy dengan Computer Anxiety pada Mahasiswa Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata.
[6] internetworldstats.
(2012). World Internet Users and
Population Stats. Retrieved from internetworldstats.com:
http://www.internetworldstats.com/stats.htm
[7] Jung,
C. G. (1921). Psychological Types.
Princeton, NJ: Princeton University Press.
[8] ROSEN,
L. &. (1992). Measuring technophobia:
a manual for the administration andscoring of the Computer Anxiety Rating Scale
(Form C),. Dominguez Hills: California State University & Chapman
University.
[9] Sami,
L. K., & Iffat, R. (2013). "Impact
of Electronic Services on Users: A Study. Florence: JLIS.it (University of
Florence).
[10]
Schumacher, P., & Morahan-Martin, 1. (2000). Gender, Internet and
Computer Attitudes and Experiences. Computer
in Human Behavior, 17(1), 95-110.
[11]
Tribun News Makasar. (2011, Januari 25). Pola Penggunaan Internet Menurut Jenis Kelamin. Retrieved Juni 11,
2014, from makasar.tribunnews.com:
http://www.asnawi.com/blog/pola-penggunaan-internet-menurut-jenis-kelamin/
[12]
Ulvia, D. (2012, January 10). Techno
Stress. Retrieved from http://teknologi.kompasiana.com/: http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2012/01/10/techno-stress-426449.html